image1 image2 image3

HELLO I'M MAURIDHA AL KHUSNA|WELCOME TO MY JOURNAL TRAVELING BLOG|I LOVE TO MAKE EXPERIENCE|I'M A MOSLEM TRAVELER

The Travelling Begin: Bendung Gerak Waru Turi



14 Desember 2013. Saat itu aku masih berada di bangku X-2 MAN 3 Kediri. Ini adalah trip pertama kaliku semasa Aliyah atau SMA. Trip ini juga yang mengawali trip-trip selanjutnya bersama arek ilang.
Kawasan Bendung Gerak Waru Turi merupakan salah satu obyek wisata yang ada diwilayah Kabupaten Kediri, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kecamatan Gampengrejo. Di lokasi bendungan yang memiliki panjang kurang lebih sekitar 150 Meter ini, pengunjung akan disuguhi dengan situasi dan kondisi alamnya yang tergolong alami. Karena itulah, ditempat tersebut cukup menarik untuk dijadikan sebagai tempat menikmati hari libur atau di kala senggang bersama anggota keluarga, bahkan disekitar area dalam lokasi juga bisa dijadikan tempat piknik.
Jembatan di Bendungan
Disamping itu lokasinya relatif mudah dijangkau dari dua arah yang berbeda dari Timur dan Barat, jika pengunjung sedang berada di jalur Kertosono-Kediri pengunjung bisa masuk melalui pintu sebelah timur yang berlokasi di wilayah Desa Gampengrejo Kecamatan Gampengrejo, sedangkan jika pengunjung yang berada di jalur jalan Raya Bulak Jabon, pengunjung bisa memanfaatkan pintu di sebelah barat yang masuk dalam wilayah Desa Jabon Kecamatan Banyakan.
Kawasan Bendungan, Efek mistis :D

Sabtu, 14 Desember 2015. Hari itu adalah hari-hari bebas setelah Ujian Semester pertama di MAN 3 Kediri. Hari dimana ke sekolah hanya untuk melihat pengumuman remidi juga pengumuman penting lainnya. Pulang sekolah juga lebih awal karena tak ada jadwal yang tetap. Karena tak ada aktivitas , sepulang sekolah aku dan teman-teman berencana untuk berkunjung ke Bendungan Gerak Waru Turi. Bendungan yang kerap dilewati Badi’atus Solichah, karena rumahnya berada di Dusun Manukan Desa Jabon, sebelah barat bendungan tersebut.
Aku bersama Badi’ , Tutut, Firdha, Evi, Rahma, dan Izza berangkat ke Bendungan naik angkut berplat J dari MAN. Cukup Rp.2000 per orang untuk sampai Bendungan Waru Turi. Karena kami masih berseragam, tak heran jika tarif angkut hanya setengah dari biasanya.
Sebenarnya untuk masuk ke Kawasan Bendung Gerak Waru Turi, kita perlu membayar retribusi.Namun, karena Badi’ berhasil meyakinkan bahwa ia penduduk desa Jabon ditambah memelas karena kami adalah pelajar :p. Akhirnya petugas mengizinkan kami masuk tanpa membayar, hehee..
Makan-makan

Di Kawasan Bendungan Waru Turi, kami berkeliling sambil mengabadikan gambar. Ada beberapa patung, seperti jerapah dan badak. Juga beberapa mainan seperti jungkat-jungkit. Kemudian kami mencari tempat untuk makan bersama. Ya, Rahma membawa sekotak mangga yang telah dikupas dan siap makan. Badi’ membawa sebungkus kripik ketela, produksi ayahnya sendiri.
Setelah makan-makan, titik-titik hujan mulai turun dan semakin banyak. Akhirnya kami terpaksa berteduh di sebuah ayunan yang cukup untuk 4-6 orangan. Hujan mulai reda, kamipun bergegas pulang. Mengingat hari telah sore, Aku dan Evi harus pulang ke Pare yang jaraknya lumayan. Dengan angkot yang sama , kami naik angkot J. Aku turu di depan Kodim, untuk naik angkot P (Jurusan Pare). Sedangkan yang lain kembali ke MAN.. ..sekian.. ^^

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar