image1 image2 image3

HELLO I'M MAURIDHA AL KHUSNA|WELCOME TO MY JOURNAL TRAVELING BLOG|I LOVE TO MAKE EXPERIENCE|I'M A MOSLEM TRAVELER

Trip to Malang by Train part I

Alun-Alun
Berawal karena Aku , Rahma , dan Lita mengurusi pendaftaran AFS Yayasan Binaantarbudaya Malang. Kartu peserta harus diverifikasi ke kantor YBA Malang. Kami kira deadline verifikasi kartu peserta masih tanggal 6 April. Kami pun berencana ke Malang pada tanggal 6 April dengan naik Kereta. Lita dan Izza pergi ke Stasiun untuk memesan tiket jauh-jauh hari. Kami mendapati tiket Kediri-Malang dengan harga Rp 11.000 karena kenaikan tarif dua kali lipat per tanggal 1 April. Kemudian, ada yang memberi tahu kami bahwa deadline verifikasi adalah tanggal 30 Maret. Akhirnya kartu peserta kami kirimkan via Pos. Dan tiket yang terlanjur di beli? . Kami gunakan ke Malang untuk mengambil kartu peserta yang diverifikasi.

Kami berangkat hari Sabtu 5 April 2014 sepulang sekolah dari MAN 3 Kediri langsung menuju Stasiun Kediri. Itu adalah pertama kalinya aku naik kereta. Pertama kali keluar kota tanpa pendamping. Hanya bersama teman-temanku. Aku, Rahma, dan Lita yang ingin mengambil kartu peserta juga Evi dan Izza yang hanya ingin ke Malang. Izza berperan penting memang, karena tujuan  Kami naik kereta Dhoho Penataran/357L kelas ekonomi, aku mendapat nomor kursi K3 2; 9C .
Tiket berangkat Kereta Api

Di stasiun, kami menunggu kedatangan kereta yang jadwalnya berangkat pukul 14.31 WIB. Dan akhirnya si kereta datang pukul 15.20 WIB. Maklumlah kereta kelas ekonomi. Kami mulai naik gerbong kereta dan mencari nomor kursi yang sesuai. Kereta mulai melaju. Kami mulai meninggalkan stasiun Kediri. Dalam perjalanan menuju kota Malang Sering kali kereta terhenti di beberapa stasiun, mengalah untuk kereta kelas atas. Kami asyik berbincang-bincang. Sesekali kami juga melakukan ritual mengabadikan gambar.

Di kota Malang, kami harus turun di stasiun kota baru. Sebelum sampai di stasiun tersebut, kondektur memeriksa tiket kami. Di saat itu, untuk memberi kabar orang rumah kami penasaran stasiun sebelum stasiun kota baru. Lita pun bertanya pada Pak Kondektur,”Pak, sebelum stasiun kota baru stasiun apa ya?”. “Stasiun kota lama”,jawab kondektur. Sontak, kami tertawa karena kami kira hanya sebuah candaan. “Ya pastilah, sebelum baru kan lama.” pikir kami. Setelah kami membaca sendiri tulisan Stasiun kota lama, kami baru menyadari bahwa Bapak tadi benar dan sedang tidak bercanda.

Stasiun Kota Baru
Sesampainya di kota baru kami menunggu penjemput sekaligus fasiltator tempat menginap kami, kakaknya Izza. Tadinya, kami akan menuju tempat kontrakan naik angkot -di sana angkotnya sampe malam-. Namun, karena ada suatu acara di Stadion Gajayana, jalan jadi macet dan angkot tak bisa lewat. Akhirnya Kakaknya Izza memanggil pasukan teman-temannya untuk menjemput kami. Yeeyy.. Dan pada akhirnya, sampailah di kontrakannya. Sebuah kamar dipinjamkan untuk kami berlima. Kamar sedang kosong karena malam Ahad banyak yang pulkam. Alhamdulillah, kami bisa beristirahat.. …TBC…

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar